Duo Touring : Petualangan Menembus Jalan Alternatif (#1)

Posted: February 11, 2011 in Motor, Touring
Tags: , , , , , , , , , , ,

Akhirnya, kesempatan itu datang juga!!!

Jalur Mulus di Tengah Ladang Padi - Indramayu

Sudah lama saya ingin merealiasikan perjalanan ini : Perjalanan dengan motor dari Jakarta, Subang, Cirebon, Panjalu, Tasik, Bandung dan kembali ke Jakarta. Kali ini memang tidak murni melakukan petualangan karena ada misi khusus yaitu mengantar si bohay (panggilan pada motor Honda Karisma X – B 6277 TCT), yang telah setia menemani aktifitas saya sehari-hari serta tak terhitung mengikuti perjalanan-perjalanan bertualang dengan teman-teman penyuka touring sejak tahun 2005. Di awal tahun 2011 ini, si Bohay akan menempati posnya yang baru di Cirebon, menemani adik saya, Dudi, yang lebih membutuhkan kehadirannya untuk beraktifitas. Rencana perjalanan ini sendiri nyaris batal karena seminggu sebelum saya berangkat, 2 anak saya (Reyza dan Radya) baru keluar dari rumah sakit akibat terkena sakit Typus dan Demam Berdarah. Setelah mendapat kepastian dari dokter bahwa kedua anak saya telah sembuh dan mendapat restu dari istri, saya pun merencanakan kembali perjalanan ini.

Ya, dengan tunggangan baru : Honda New Mega Pro 150 cc – B 3344 TFU – yang saya dapatkan di December 2010, saya merencanakan perjalanan ini tanggal 03 Februari 2011. Niat awalnya perjalanan ini akan diikuti oleh sekitar 10 orang teman yang menyatakan ketertarikannya untuk bertualang, namun karena para peserta banyak berhalangan di saat-saat terakhir, yang tersisa adalah tinggal sahabat saya : Andika (KHCC #162 / HSXC #154), itu pun sang sohib menyatakan kesanggupannya ikut serta kurang dari 10 jam sebelum keberangkatannya. Mantab! Tanpa dia, mungkin perjalanan pulang saya hanya seorang diri dan rasanya kurang seru. Thanks brada….!!!

TRIP#1 : 03 Februari 2011, Jakarta – Cirebon : Perjalanan menembus ‘pedalaman pesisir’

Setelah saya melakukan persiapan kilat ba’da sholat subuh, rombongan kecil kami pun berangkat tepat jam 08.30 WIB. Dengan beranggotakan saya sendiri (Honda New Mega Pro 150cc), Andika (Honda Supra X 125cc), Dudi (Honda Karisma X 125cc), kami berangkat dari rumah saya di bilangan Jatiwarna. Seusai pamitan pada istri dan ketiga anak saya dan memanjatkan doa, kami lalu berjalan beriringan menuju POM Bensin terdekat untuk mengisi bensin hingga full dan tak lupa mereset trip meter agar diketahui total perjalanan. Kami pun menyusuri Pekayon, Kalimalang, Cibitung, Cikarang, Karawang, Klari dan Cikampek. Seperti biasa, Jakarta – Karawang lalu lintas berlangsung padat. Tapi dari Karawang, perjalanan mulai lancar, apalagi saat melewati Karawang Outer Ring Road yang dulu pernah saya lalui dengan teman-teman dari KHCC, motor bisa dipacu hingga 80 km/h. Di jalan ini kami didahului oleh rombongan motor Kawasaki Ninja N250R dengan suaranya yang khas dan kecepatannya yang tinggi. Monggo mas…..

Dari Cikampek, kami mengambil arah Sadang, selanjutnya menyusuri jalan Kalijati menuju Subang. Jalanan Sadang sampai Subang cukup halus sehingga kami bisa memacu motor antara 80-90 km/h. Langit terasa teduh karena langit berawan beriringan. Namun di daerah yang jalannya berbelok-belok, kami dikagetkan dengan dua kejadian yang membuat lebih siaga. Kejadian pertama saat kami nyaris melihat kecelakaan antara 2 truk dan 1 minibus Daihatsu Xenia, dimana si sopir minibus nekat menyalip truk di tikungan ke arah kiri. Tiba-tiba dari arah berlawanan muncul truk lain yg lebih besar. Sialnya, kedua truk tidak mau mengurangi kecepatan. Mujurnya, si sopir minibus masih bisa membelokkan kendaraannya di celah yang sempit diantara 2 truk tadi. Jika tidak……Wallohualam. Kejadian kedua saat saya akan menyalip truk yang nyaris terlibat kecelakaan tadi. Tiba-tiba saja truk menyalip juga kendaraan di depannya. Saya yang sudah menambah akselerasi untuk menyalip menekapn pedal rem sekuat tenaga. Alhasil motor ‘ngepot’ karena ban tidak mencengkram aspal dengan sempurna dan menimbulkan asap tebal akibat gesekannya. Alhamdulillah saya masih menjaga keseimbangan sehingga terhindar dari kecelakaan. Hal ini membuat kami lebih berhati-hati dan menjaga jarak.

Andika dan Dudi di perbatasan kota Subang

Setibanya di Subang yang terasa begitu sepi dibanding Jakarta, kami istirahat sekaligus sholat dzuhur di mesjid depan kantor Kejaksaan Subang. Setelah memastikan rute kami telah benar ke penduduk setempat, kami melanjutkan perjalanan dengan mengambil jalan lurus ke arah daerah Cikamurang. Jalan raya Subang – Indramayu kondisinya cukup bagus tapi kami tetap harus berhati-hati karena cukup banyak lubang mengangga di tengah jalan. Kecepatan rata-rata kendaraan kami pertahankan dikisaran 50-60 km/h. Cuaca masih tetap berawan dan teduh. Di sepanjang perjalanan, petunjuk jalan cukup banyak dan jelas terlihat. Namun karena banyaknya malah terkadang membingungkan akibat terlalu banyaknya jalan alternatif. Beberapa kali saya harus mengecek posisi melalui GPS (Global Positioning System) yang terpasang di Black Berry 9780 Onix 2 saya. Device ini benar-benar bermanfaat, karena saat kami beberapa kali nyaris tersesat, kami dapat segera keluar untuk menemukan jalan yang benar.

Route ke Cirebon Melalui Jalur Alternatif Subang - Kadipaten

Berturut-turut kami melalui daerah Cipaku, Padaasih, Cikareo, Bantarwaru dan Sanca. Kondisi jalan di daerah yang dilewati sangat variatif. Mulai dari jalan yang beraspal mulus hingga jalan bergelombang bahkan hancur lebur akibat dilalui truk, baik truk pengangkut bahan tambang (PT. Dahana persero) dan pengangkut hasil panen padi dan palawija. Kontur jalan yang kami lalui cenderung datar khas daerah pesisir. Di sekeliling kami tanaman padi, jagung, tebu dan juga hutan jati bergantian terlewati. Yang membuat kami takjub adalah saat kami tiba di daerah yang bernama Sanca. Kami melalui jalan beton yang panjang dan benar-benar lurus layaknya jalan tol. Di jalan ini, kami bisa mengembangkan kecepatan antara 80-100 km/h, seperti halnya bis-bis berukuran menengah jurusan Subang – Sumedang yang dipacu dengan agak ugal-ugalan. Agak aneh rasanya melihat jalan beton semulus dan selurus itu ada di daerah ‘pedalaman’, karena banyaknya sinisme masyarakat pada pemerintah daerah yang hanya memperhatikan pembangunan di pusat-pusat kota pemerintahan.

"Jalan Tol" di tengah hutan Jati Subang - Indramayu

Daerah selanjutnya yang kami lalui adalah Cikawung, Cibuluh, Mekarjaya dan Sakurjaya. Di daerah Sakurjaya, perjalanan kami sempat terhenti karena ada aktifitas penebangan pohon jati oleh Perhutani, yang dibantu oleh kepolisian dan aparat militer setempat. Sambil menunggu jalan bisa dilalui lagi, kami sempat mengambil foto di kendaraan masing-masing. Tetap narsis!

Narsis di tengah hutan jati

Akhirnya perjalanan kami sampai di jalan raya Cijelag. Di daerah Ujung Jaya, kami dibingungkan dengan petunjuk jalan yang ada : Sumedang atau Kadipaten. Karena tujuan kami memang ke Kadipaten sedangkan jalan ke Cijelag tembus ke Sumedang, maka saya mengambil inisiatif mengambil arah ke Kadipaten. Kami lega saat jalan yang dihadapan kami sangat mulus dengan pemandangan indah sehingga kami pun berhenti dan berfoto ria. Namun setelah itu jalan yang kami lalui benar-benar hancur berbatu-batu, membuat kami harus bersabar dan lebih berhati-hati. Akhirnya setelah merasakan jalan yang hancur selama lebih dari 30 menit, kami sampai juga di daerah Kudawangi yang berjalan mulus. Di pinggir sungai irigasi yang cukup bersih, kami memutuskan istirahat untuk makan. Yang pertama kami temui adalah pedagang Mie Ayam dan Kelapa Muda, maka menu itu pun kami makan dengan lahap. Makanan itu terasa enak dan mengeyangkan perut …heheheh. Makasih Ceu….!!!!

Setelah istirahat dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan ke arah Kadipaten yang masih berjarak 12 kilometer. Baru saja kami berjalan sekitar 10 menit, hujan turun dengan cukup deras. Kami segera berhenti dan mengenakan rain-coat (kelak rain-coat ini tidak dilepas hingga kami tiba di Cirebon). Saat itu saya merasakan kesulitan menggunakan rain coat tanpa melepas protector lutut dan sepatu saya yang bertali. Selain itu, Protector yang terbungkus celana rain-coat ternyata agak menekan pembuluh darah kaki saya sehingga saya agak tersiksa saat menjalani perjalanan terakhir menuju Cirebon. Hal ini menjadi pelajaran saat saya memasang jas rain-coat di kesempatan lain.

Perjalanan menuju Kadipaten dapat dilanjutkan kembali dengan kondisi basah-basahan akibat hujan. Namun kondisi jalan yang sangat mulus memperlancar perjalanan kami hingga tiba di Kadipaten dengan cepat. Kami lalu mengambil jalan ke arah Majalengka, selanjutnya ke arah Sumber yang merupakan ibukota Kabupaten Cirebon. Di daerah ini kami dikejutkan dengan sapaan dari pengendara motor yang ternyata adalah anggota Club Honda Revo Cirebon. Dengan simpatik, dia menanyakan apakah kami tidak tersesat. Setelah kami jelaskan bahwa kami tidak tersesat dan ditemani oleh orang yang mengenal Cirebon, dia pun memisahkan diri. Terima-kasih Bro dari Club Honda Revo Cirebon atas sapaannya.

Tak berapa lama kemudian, kami tiba di daerah Ciperna, Cirebon Selatan. Perjalanan tahap awal berakhir dengan selamat di rumah Dudi di Ciperna – Cirebon. Saya melihat ke jam tangan CASIO Protector saya yang menunjukkan jam 17.10 WIB. Alhamdulillah…..

Berfoto bersama tunggangan saya : 'Black Pathfinder' Honda New Mega Pro 150cc

Next :

TRIP#2 : 04 Februari 2011, Cirebon – Rajapolah : Perjalanan menembus ‘gunung berkabut’…….

Comments
  1. 123456789 says:

    mas kasih lihat gambar buat aku soale aku mau modif motor mega pro aku,,,buat petualang mas bro….bantu aku y mas bro

  2. choki says:

    masbro mau nanya itu tank bagnya merk apaan yah? ane kepincut tank bag yg sama persis kyk gitu buat NMP ane 😀

  3. Megaprolama says:

    Nyangkut

  4. Megaprolama says:

    Teteup megapro… Lam kenal bro…

  5. Bob Hariyadi says:

    Mas, saya boleh minta nomor handphone mas ? saya mau nanya2 informasi jalan.. yang arah subang majalengka..terima kasih

  6. ridertua says:

    mantaf NMPnya 🙂

  7. HNMP???? japan trademark with india taste… mesinnya super alus ya mas? torsi juga besar… siippp… kalau boleh tahu di STNK masi GL series ga mas???

    • Hallo mas,
      HNMP cukup mudah handlingnya khas motor India :D. Meski dibilang mesinnya generasi baru dan saat pertama kali dinyalakan suaranya cukup halus, tapi suara khas mesin seri GL masih terdengar, apalagi saat mesin sudah panas. Torsi di putaran bawah memang besar & galak. Tapi untuk putaran tinggi biasa-biasa saja (bahkan suara mesin di gigi 5 menurut saya masih terlalu tinggi). Di STNK masih tertulis GL series mas…Tx.

      • what? suara di gigi 5 masi meraung kaya minta dioper ke 6 ya mas? iyalah, khas honda,torsi putaran bawahnya melimpah… ^^ wah wah,masi GL series to?wkwkwk… berarti HNMP tu cucunya si mbah yang saya pake sekarang… 😀

      • Iya….saya bandingkan dengan Byson, masih lebih kenceng NMP ‘meraungnya’ di gigi 5. Yah…walau bagaimana pun, Honda masih merasa ‘comfort’ & tetap untung dgn nama pasar ****PRO yang sudah familiar di telinga masyarakat 😀

Leave a reply to Megaprolama Cancel reply